Ada
sebuah sekolah SD, dan di dalam SD tersebut terdapat seorang guru yang beragama
Nashrani. Suatu hari guru tersebut mengajar di salah satu kelas dengan niat
mendoktrin anak-anak murid TK tersebut, terjadi percakapan :
Guru : Anak-anak,
kalian bisa melihat Tuhan tidak?
Murid : Tidak.......
(serentak)
Guru : Berarti Tuhan
tidak ada?
Maka semua murid merasa
kebingungan, guru itu melanjutkan.
Guru : Apakah kalian
bisa melihat Yesus?
Murid :
Bisa.......(serentak)
Guru : Berarti Tuhan
Yesus itu ada, dan Allah tidak ada.
Beberapa anak-anak mulai
mengangguk-anggukan kepala yang menunjukkan kebenaran "pendoktrian
terselubung" tersebut.
Namun tidak untuk seorang
murid yang berasal dari keluarga yang taat beragama. Maka anak itupun berdiri
dan berusaha menenangkan kelas yang terlihat kebingungan dan mulai percaya.
Anak : Teman, teman
itu tidak benar. Kalian bisa melihat otaknya ibu guru tidak?
Murid :
Tidak......(serentak)
Anak : Berarti ibu
guru tidak memiliki otak donk?
Kisah di atas menunjukkan
bahwa anak sholeh tersebut memakai logical system attacksebagaimana
yang guru tersebut memakainya, untuk menunjukkan bahwa sesuatu yang tidak
dilihat buka berarti sesuatu itu tidak ada.
Kisah ini saya dapat dari
penuturan seorang teman yang insyaAllah terpercaya dan beberapa saya tambahkan.
Ada sebuah pelajaran yang bisa di petik bahwa sejak dini, seorang anak harus
dibentuk aqidahnya terlebih dahulu ,
jangan pernah menyuapi pemikiran-pemikiran lain. Bisa dibayangkan apa yang akan
terjadi jika seorang anak berada pada situasi tersebut, aqidahnya akan qoyah
apalagi jika keluarga atau bahkan orang tua jauh dari agama dan miskin
pengetahuan, bukan tidak mungkin mereka akan menelan mentah-mentah pemkiran
tersebut, kalaupun tidak, mereka akan menjadi orang berpaham pluralisme
(menganggap semua agama sama). Allah Subhanahu Wata'ala berfirman :
وَدُّوا لَوْ تَكْفُرُونَ كَمَا كَفَرُوا
فَتَكُونُونَ سَوَاءً
“Mereka ingin supaya
kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi
sama (dengan mereka).” (Qs. an-Nisa’ : 89)
وَدَّ كَثِيرٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ
يَرُدُّونَكُمْ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِكُمْ كُفَّارًا حَسَدًا مِنْ عِنْدِ أَنفُسِهِمْ
مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ
“Sebagian besar ahli
kitab (yahudi dan nasrani) menginginkan agar mereka mengembalikan kamu
kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri
mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. (Qs. al-Baqarah : 109)
وَلا يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّى
يَرُدُّوكُمْ عَنْ دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُوا
“Mereka tidak
henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka dapat mengembalikan kamu dari
agamamu (kepada kekafiran) seandainya mereka sanggup.” (Qs.
al-Baqarah : 217)
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا يُنْفِقُونَ
أَمْوَالَهُمْ لِيَصُدُّوا عَنْ سَبِيلِ الله
“Sesungguhnya
orang-orang kafir menginfaqkan harta-harta mereka untuk menghalangi (manusia)
dari jalan Allah.“ (Qs.
al-Anfal : 36)
وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلا
النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ
“Dan orang-orang
Yahudi dan Nashrani tidak akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum engkau
mengikuti agama mereka.” (Qs. al-Baqarah : 120)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ
تُطِيعُوا فَرِيقًا مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ يَرُدُّوكُمْ بَعْدَ
إِيمَانِكُمْ كَافِرِينَ
“Hai orang-orang
beriman, jika kamu mengikuti sebagian ahli kitab (yahudi dan nasrani), niscaya
mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman.“ (Qs. Ali Imran : 100)
مَا يَوَدُّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ
الْكِتَابِ وَلاالمُشْرِكِينَ أَنْ يُنَزَّلَ عَلَيْكُمْ مِنْ خَيْرٍ مِنْ
رَبِّكُم
“Orang-orang kafir
dari ahli kitab (Yahudi dan Nashrani) dan orang-orang musyrik tiada
menginginkan diturunkannnya sesuatau kebaikkan kepadamu dari Rabbmu.” (Qs.
al-Baqarah : 105)
Ayat-ayat di atas
menunjukkan Ilmu Allah Subhanahu Wata'ala, akan jangkauannya menyelami
hati-hati setiap hambanya, termasuk nashrani. Seberapa besar pengetahuan
manusia tidak akan pernah bisa menandingi Ilmu Allah Subhanahu Wata'ala.
Wallahu'Alam