Laman

Apa Itu Ukhuwah?

0 komentar

Mulanya hanya berdasarkan kekagumaman semata kepada seorang akhwat, hingga berbuah hidayah yang begitu menawan tertambat di dalam hati. Ya Allah sungguh hamba bersyukur akan semua nikmat yang telah Engkau berikan ke pada hambamu yang dhaif ini. Nikmat yang tidak dapat terhitung walau menggunakan alat penghitung paling tercanggih di dunia. Sekarang hari-hari ku penuh dengan kebahagiaan, di kelilingi oleh akhwat yang anggun dengan jilbab lebarnya.

Bukan hanya jilbabnya saja yang lebar namun hatinya begitu lebarnya dalam merajut ukhuwah yang manis, manisnya semakin terasa dengan senyumnya yang begitu tulus di berikannya padaku, bukan hanya itu mereka pun meraih tanganku dan menggenggamnya dengan erat sambil berkata “Assalamu’alaykum ukhti, bagaimana kabarmu hari ini” Sungguh sebuah statement yang menyentuh qalbu yang dilontarkannya, baik itu oleh akhwat yang aku kenal ataupun tidak.  Pertanyaan yang begitu singkat namun indah di dengar. Ditambah lagi Hampir tiap hari pada kotak inbox di handphoneku terkirim sebuah pesan tausiyah yang sarat dengan makna yang dalam. Untaian kata-kata nun indahpun selalu terdengar dari bibir-bibir mereka, yang hanya berucap berupa hal-hal baik dengan sangat hati-hati, takut jikalau saudarinya merasa tersakiti, sehingga Yang Maha Esa murka kepadanya.

Banyak kejadian-kajadian yang menyejukkan hati telah ku lalui bersama mereka, kadang kami tertawa jika belajar Makharijul Khuruf karena pelajaran tersebut menuntut kita dalam melafalkan Al-Qur’an dengan baik dan benar, mengikuti halaqah tarbiyah layaknya duduk di taman-taman surga, tak jarang pula kita menghadiri majelis para azatidzah dan syaikh, yang dalam perjalanan kadang terdapat guyonan yang tidak berlebihan namun sarat dengan ibrah.

Hingga terdapat pula kejadian yang mengharukan yang membuat beningnya air mata pada kelopak tidak tertahankan, di mana mereka harus berhadapan pada keluarga besar untuk mempertanggung jawabkan cara berpakaian yang tidak lazim yang nota bene masyarakat berasumsi “Itu pakaian arab sebuah kebudayaan, ninja, setan” dan lain sebagainya, tingkah laku merekapun yang setahap demi setahap terasa ganjil di hadapan keluarga mereka, yang dahulunya jahiliyah sekarang  telah berubah, mereka harus menelan pil pahit setiap harinya berupa penyiksaan dan cemoohan. Namun laksana bahterai yang kuat dalam mengarungi ombak, mereka dengan gigihnya bertahan, dengan prinsip “Ini adalah sebuah kebenaran dan harus di pertahankan, karena yang kami tahu bahwa Rasulullah dan para sahabat pernah merasakan hal yang sama bahkan lebih parah.” Mashaallah saudariku fillah, begitulah memang seharusnya, menjadi seorang wanita yang militan. Yah itulah sedikit deskripsi kisah mereka, serta banyak hal menarik lainnya, sungguh sebuah persaudaraan yang tidak akan lenyap walau di makan waktu ataupun usia, Insyaallah.

Teringat bagaimana Abu Bakar Ash-Shiddiq di  gua Tsur menahan sengatan kelajengking di kakinya hanya karena takut Rasulullah terbangun dari pangkuannya. Teringat pula pada perang Uhud, tubuh-tubuh perkasa nan hebat sahabat,  di jadikan tameng yang kokoh dalam menghalau serangan mematikan hanya untuk melindungi Sang Pembawa Cahaya Kebenaran. Juga teringat pula tiga sekawan yang rela mengorbankan dahaganya mengering untuk diberikan kepada saudaranya yang lain, namun pada akhirnya rohnya pun yang suci telah menghadap Sang Khalik satu persatu.  Tidakkah kita melihat semua, inilah ukhuwah islamiyah yang sebenarnya. Teman di ibaratkan seperti tubuh jika ada di antara tubuh itu terasa sakit, maka yang lainnya pun merasa tersakiti.

Kalian ibarat lilin putih yang tak akan habis dan telah menyinari kegelapanku menuju cahaya illahi, bersama, kita menjalani kerasnya dunia dalam mendakwai saudara terkasih kita yang belum terjamah hidayah, sampai kalian rela jiwa tersakiti bahkan mencucurkan air mata demi  meraih tangannya. Iming-iming surga terus terbayang dalam relung hati, hingga mampu menghempas rasa pedih itu. Sifat sosial kalian ibarat parasit yang selalu mengintervensi urusan seseorang namun penuh dengan ketulusan menuju ridhoNya. Ku sangat pahami dalam doa-doa suci nan tulus tak henti-hentinya disenandungkan dalam tiap sujud kalian.

Ku sadar wahai saudariku engkau memang tidak menghadiahkanku dalam bentuk materi, atau apalah yang semisal dengannya, namun menurutku engkau telah memberikanku sesuatu yang luar biasa, kontribusi berupa semangat dalam menjalani hari-hari ini dengan tetap terus bertaqwa dan beristiqomah kepada Allah Azza Wa jalla, saling mengingat untuk terus berada dalam lingkar keislaman yang  sempurna, subhanallah ukhuwah yang begitu indah. Allah Ta’ala telah mengirim bidadari-bidadari dunia itu untuk berteman dengan ku, dan kuharap juga Engkau Ya Allah tetap mempertemukanku dengan mereka di JannahMu Kelak,  Amin.