Mulanya
hanya berdasarkan kekagumaman semata kepada seorang akhwat, hingga berbuah
hidayah yang begitu menawan tertambat di dalam hati. Ya Allah sungguh hamba
bersyukur akan semua nikmat yang telah Engkau berikan ke pada hambamu yang
dhaif ini. Nikmat yang tidak dapat terhitung walau menggunakan alat penghitung
paling tercanggih di dunia. Sekarang hari-hari ku penuh dengan kebahagiaan, di
kelilingi oleh akhwat yang anggun dengan jilbab lebarnya.
Bukan
hanya jilbabnya saja yang lebar namun hatinya begitu lebarnya dalam merajut
ukhuwah yang manis, manisnya semakin terasa dengan senyumnya yang begitu tulus
di berikannya padaku, bukan hanya itu mereka pun meraih tanganku dan menggenggamnya
dengan erat sambil berkata “Assalamu’alaykum
ukhti, bagaimana kabarmu hari ini” Sungguh sebuah statement yang menyentuh
qalbu yang dilontarkannya, baik itu oleh akhwat yang aku kenal ataupun tidak. Pertanyaan yang begitu singkat namun indah di dengar.
Ditambah lagi Hampir tiap hari pada kotak inbox di handphoneku terkirim sebuah
pesan tausiyah yang sarat dengan makna yang dalam. Untaian kata-kata nun
indahpun selalu terdengar dari bibir-bibir mereka, yang hanya berucap berupa
hal-hal baik dengan sangat hati-hati, takut jikalau saudarinya merasa tersakiti,
sehingga Yang Maha Esa murka kepadanya.
Banyak kejadian-kajadian
yang menyejukkan hati telah ku lalui bersama mereka, kadang kami tertawa jika
belajar Makharijul Khuruf karena pelajaran tersebut menuntut kita dalam
melafalkan Al-Qur’an dengan baik dan benar, mengikuti halaqah tarbiyah layaknya
duduk di taman-taman surga, tak jarang pula kita menghadiri majelis para
azatidzah dan syaikh, yang dalam perjalanan kadang terdapat guyonan yang tidak
berlebihan namun sarat dengan ibrah.
Hingga
terdapat pula kejadian yang mengharukan yang membuat beningnya air mata pada
kelopak tidak tertahankan, di mana mereka harus berhadapan pada keluarga besar
untuk mempertanggung jawabkan cara berpakaian yang tidak lazim yang nota bene
masyarakat berasumsi “Itu pakaian arab sebuah kebudayaan, ninja, setan” dan
lain sebagainya, tingkah laku merekapun yang setahap demi setahap terasa ganjil
di hadapan keluarga mereka, yang dahulunya jahiliyah sekarang telah berubah, mereka harus menelan pil pahit
setiap harinya berupa penyiksaan dan cemoohan. Namun laksana bahterai yang kuat
dalam mengarungi ombak, mereka dengan gigihnya bertahan, dengan prinsip “Ini adalah
sebuah kebenaran dan harus di pertahankan, karena yang kami tahu bahwa
Rasulullah dan para sahabat pernah merasakan hal yang sama bahkan lebih parah.”
Mashaallah saudariku fillah, begitulah memang seharusnya, menjadi seorang
wanita yang militan. Yah itulah sedikit deskripsi kisah mereka, serta banyak
hal menarik lainnya, sungguh sebuah persaudaraan yang tidak akan lenyap walau
di makan waktu ataupun usia, Insyaallah.
Teringat
bagaimana Abu Bakar Ash-Shiddiq di gua
Tsur menahan sengatan kelajengking di kakinya hanya karena takut Rasulullah
terbangun dari pangkuannya. Teringat pula pada perang Uhud, tubuh-tubuh perkasa
nan hebat sahabat, di jadikan tameng
yang kokoh dalam menghalau serangan mematikan hanya untuk melindungi Sang
Pembawa Cahaya Kebenaran. Juga teringat pula tiga sekawan yang rela mengorbankan
dahaganya mengering untuk diberikan kepada saudaranya yang lain, namun pada
akhirnya rohnya pun yang suci telah menghadap Sang Khalik satu persatu. Tidakkah kita melihat semua, inilah ukhuwah
islamiyah yang sebenarnya. Teman di ibaratkan seperti tubuh jika ada di antara
tubuh itu terasa sakit, maka yang lainnya pun merasa tersakiti.
Kalian
ibarat lilin putih yang tak akan habis dan telah menyinari kegelapanku menuju
cahaya illahi, bersama, kita menjalani kerasnya dunia dalam mendakwai saudara
terkasih kita yang belum terjamah hidayah, sampai kalian rela jiwa tersakiti
bahkan mencucurkan air mata demi meraih
tangannya. Iming-iming surga terus terbayang dalam relung hati, hingga mampu menghempas
rasa pedih itu. Sifat sosial kalian ibarat parasit yang selalu mengintervensi
urusan seseorang namun penuh dengan ketulusan menuju ridhoNya. Ku sangat pahami
dalam doa-doa suci nan tulus tak henti-hentinya disenandungkan dalam tiap sujud
kalian.
Ku sadar
wahai saudariku engkau memang tidak menghadiahkanku dalam bentuk materi, atau
apalah yang semisal dengannya, namun menurutku engkau telah memberikanku
sesuatu yang luar biasa, kontribusi berupa semangat dalam menjalani hari-hari
ini dengan tetap terus bertaqwa dan beristiqomah kepada Allah Azza Wa jalla, saling
mengingat untuk terus berada dalam lingkar keislaman yang sempurna, subhanallah
ukhuwah yang begitu indah. Allah Ta’ala telah mengirim bidadari-bidadari dunia
itu untuk berteman dengan ku, dan kuharap juga Engkau Ya Allah tetap
mempertemukanku dengan mereka di JannahMu Kelak, Amin.