Abad delapan sampai abad ke dua belas (abad pertengahan) merupakan masa-masa kejayaan islam, atau bisa di analogikan layaknya kekuasaan eropa dan amerika saat ini. Di bawah kendali satu khalifah islamiyah ekspansi islam telah sampai ke benua eropa Andalusia (spanyol). Kesejahteraan, bangunan mewah dan canggih yang dibalut rapi adalah pandangan yang biasa saat itu. Saat itu muncul para cendikiawan-cendikiawan muslim yang tidak memfokuskan diri hanya mempelajari quran dan hadist saja, tetapi juga ilmu pengetahuan. Pusat ilmu pengetahuan berada dalam genggaman umat islam pada saat itu.
Sebut saja beberapa pakar kenamaan islam :
1. Ibnu Sina (Avicenna) ahli dalam bidang kedokteran, astronomi, filsafat, logika, matematika, music, puisi
2. Al-Khawarizmi, (Al-Cowarizmi, Al-Karismi, Algoritma) ahli dalam bidang matematika, astronomi dan geografi, seorang peletak dasar ilmu alogaritma
3. Al Kindi (akindus) pelatak dasar teori relativitasalas
4. Al-Farisi pakar optik dan teori angka
5. Ali bin Abbas al-Majusi dokter ahli bedah
5. Ali bin Abbas al-Majusi dokter ahli bedah
6. Ibnu Al-Haitsam ahli di bidang optik, serta banyak lagi
Tentunya semua ini tidak akan terjadi tanpa adanya semangat dan sikap cooperative antar umat islam dalam membangun imperiumnya dan juga penelitian dan pengamatan para ilmuwan muslim sendiri, yang mana sifat seperti ini tertuang dalam Al-Qur’an dan Hadits.
Seorang pakar sejarah timur tengah professor bernard lewis dalam bukunya the middle east mengatakan, Pencapaian ilmu pengetahuan islam abad pertengahan tidaklah terbatas pada pelestarian warisan keilmuwan yunani, buka pula penggabungan unsur-unsur warisan budaya timur yang lebih tua dan lebih jauh kepada bangunan ilmu pengetahuan tersebut. Warisan ini, yang dilimpahkan para ilmuwan islam abad pertengahan kepada dunia modern sungguh sangat diperkaya oleh daya upaya dan sumbangsih mereka sendiri. Ilmu pengetahuan yunani secara keseluruhan lebih cenderung bersifat teoritis. Ilmu pengetahuan timur tengah abad pertengahan lebih banyak bersifat praktis dan dalam bidang-bidang seperti kedokteran, kimia, astronomi, dan agronomi. Warisan masa lalu tersebut diperjelas dan diperkaya dengan penelitian dan pengamatan para ilmuwan timur tengah abad pertengahan.
Tujuan Ilmuwan islam mempelajari ilmu ilmiah lebih kepada mengenal Tuhannya, tentang kompleksitas penciptaan dunia beserta isi yang rumit dan sangat mustahil muncul secara kebetulan dan tanpa tujuan, ini membuktikan bahwa ada pencipta yang maha dahsyat menciptakannya. Sains tidak mengajak manusia menjadi atheis tetapi lebih berdasar kepada pendekatan logis tentang ayat-ayat kauniyah Allah, tentang asal muasal alam raya ini. Bukan sebaliknya, semakin menjauh kepada pencipta. Hal yang sama juga ditegaskan oleh Albert einsten ilmu pengetahuan tanpa agama adalah pincang, lui pastu ahli dalam bidang mikrobiologi mengatakan kehidupan tak dapat diciptakan melalui benda-benda mati dan mengajarkan bahwa kehidupan merupakan keajaiban Tuhan.
Aneh memang jika ada sekelompok orang yang mengatakan bahwa agama islam mengabaikan sains, bersikap fundamentalis, eksklusif. Padahal real-nya memang membuktikan bahwa gengaman ilmu pengetahuan berada dalam islam, beberapa bukti wahyu Allah dalam Al-Qur’an.
1. Ilmu Astronomi (QS. Al-Mulk : 3)
Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali- kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?
2. Ilmu Geologi (QS. Qaf : 6-8)
Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikitpun ? Dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata, untuk menjadi pelajaran dan peringatan bagi tiap-tiap hamba yang kembali (mengingat Allah).
3. Ilmu Tumbuhan (QS. Al-An’am : 99)
Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.
4. Ilmu Hewan (QS. An-Nahl : 66)
Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum dari pada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya.
5. Ilmu Arkeologi dan Antropogi (QS. Ar-Rum : 9)
Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi dan memperhatikan bagaimana akibat (yang diderita) oleh orang-orang sebelum mereka? orang-orang itu adalah lebihkuat dari mereka (sendiri) dan telah mengolah bumi (tanah) serta memakmurkannya lebih banyak dari apa yang telah mereka makmurkan. Dan telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata. Maka Allah sekali-kali tidak berlaku zalim kepada mereka, akan tetapi merekalah yang berlaku zalim kepada diri sendiri.
6. Teori big bag (QS. Al-Anbiya : 30)
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman? Serta masih banyak lagi ayat-ayat lainnya.
Ayat-ayat di atas menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan sangat penting dan membuktikan pula bahwa peradaban islam sangat maju. Sudah saatnya islam bangkit tidak terpuruk dalam kondisi memalukan, islam harus menggenggam dunia meruntuhkan neo-imperialisme dunia barat, dan membangun sistem kekhalifahan. Hal ini tidak mustahil, jika nilai-nilai spiritual tertanam kuat dalam masing-masing individu, dengan jalan saling menasehati dan membagi ilmu sehingga ikatan ukhuwah makin kuat. Toh juga islam dahulu kala berbentuk mikro yang akhirnya berbentuk makro. Niat yang tulus disertai keikhlasan dan usaha, dengan izin Allah akan terwujud.