Gambaran Mahasiswa Tingkat Akhir
Laman
▼
Friday, November 23, 2012
Tuesday, November 20, 2012
Tahap Berapakah Kamu?
Jangan bilang tahap pertama, karena pakaiannya benar-benar kekurangan bahan.
Jangan bilang kamu tahap kedua, sebab tidak jauh beda dengan tahap pertama yang kekurangan bahan.
Jangan bilang kamu tahap ketiga aurat tetap kelihatan loh.
Jangan bilang kamu tahap keempat, itu bukan kerudung tapi penutup rambut.
Jangan bilang kamu tahap kelima, karena belum memenuhi kriteria yang pas.
Jangan bilang kamu tahap keenam sebab kerudung dan pakaiannya masih ketat.
Jangan bilang kamu tahap ketujuh sebab kakinya masih terekposes, juga masih berpakaian layaknya laki-laki, itu celananya.
Nah, kamu baru bisa bilang, saya berada pada posisi ke kedelapan, seluruh tubuh tertutupi kecuali muka dan tangan, baju tidak ketat, kerudung menutupi dada dan kakipun dibaluti kaos. Sempurnakan? inilah yang sesuai dengan Al-Qu'ran dan Hadist.
Jadi, saudariku sudah tahap ke berapakah kamu?
Aksi Pasang ProPic Palestina
Sejak agresi militer Isreal ke Palestina beberapa hari yang lalu, ratusan warga tewas dan luka-luka, berbagai kecaman dan aksi demonstrasi berdatangan di seluruh dunia, bahkan saling serang situspun terjadi. Berbagai aksi brutal invasi Israel menyentuh sisi kemanusiaan para pengguna komunitas pertemanan di berbagai jejaring pertemanan, mereka memasang ProPic Palestina sebagai bentuk solidaritas.
Aksi Pasang ProPic Palestina di Facebook
Aksi Pasang ProPic Palestina di Twitter
Aksi Pasang ProPic Palestina di Millatfacebook
Aksi Pasang ProPic Palestina di Google+
Tentunya di situs-situs jejaring pertamanan lainnya, masih banyak terdapat yang seperti ini. Aksi ini hanya sebagian kecil dari bentuk solidaritas yang memberikan pesan bahwa begitu banyak yang Pro kepada Palestina.
Doa dan uluran tanganlah yang dapat kita lakukan saat ini.
Sunday, October 21, 2012
Anak-Anak Pantai Losari
Sore tadi aku
berkesempatan berkunjung ke pantai losari, dengan niat mencari inspirasi atau
ide-ide untuk tulisanku. Karena terburu-buru akibatnya aku lupa membawa buku catatan,
akhirnya aku menuangkan ide di belakang buku bacaanku.
Setiba di tempat tujuan
seperti biasa pantai lumayan ramai pada sore hari, saya mencari tempat duduk
yang strategis yang mengarah ke laut. Terlihat matahari sudah agak menguning, dengan
sigap aku mengeluarkan buku dan pulpen.
Sementara aku sedang
asyik menulis tiba-tiba datang tiga sekelompok anak jalanan yang bernyanyi di
hadapanku, entah lagu apa yang dinyayikan tapi terdengar lucu, seorang anak
berperawakan agak tinggi menggantung gitar dewasa, kontras dengan tubuh
kurusnya sementara dua anak lainnya bernyanyi sambil berjoget, nyengir.
Setelah mereka bernyayi mereka maju.
“Kak…,”sambil mengepalkan tangannya.
Tahulah aku mereka
meminta bayaran atas jasa nyanyinya. Tapi, aku urung memberikan uang malah
menggantinya dengan beberapa pertanyaan yang aku ajukan.
“Nama kamu siapa?” tanyaku
“Rega” kilatnya
“Kamu…”
“Anugerah…,” Jawab si anak bertubuh agak tinggi
“Kamu?” Tanyaku akhir
“Awal…,”
Kalau
Anugerah umurnya berapa?”
“13
tahun.”
“Kalau
rega berapa umurnya?”
“Hmmm…,” pikirnya sambil tertawa
“14
tahun kak!"
“iiiii bukan 14 tahun umurnu,,,!” sekah Anugerah
“Iyyyo bukan,,,, Topik saja umurnya 14
baru tinggi badannya…” tekan Awal
“Jadi
yang benar umur kamu berapa?” tanyaku ulang
“Eeee 14 tahunmo de kak…,” jawabnya ragu
“Awal
berapa umurnya?"
“12”
Jawabnya enteng.
"Kalau besar nanti, apa cita-cita kalian?"
“Saya tentara kak…,” tegas Anugerah
“Kalau Rega?”
Sambil tertawa sipu,,,dan menjawab “Tidak tahu deee kak…?”
“Awal?”
“Hmmm,,,ndak
tahu.”
“Masa tidak ada?”
“Mahasiswa deee kak…,”
“Mahasiswa?” tanyakku balik
“Iya…,”
"Tahu membaca?"
“Iya kak…,” jawab Anugerah
Coba baca buku ini?
“Ca..haa.yaaa di atas cahaya…”
“Kalau yang ini?”
“Kecerdaaasan ru..ru haniah…”
Mungkin dengan rasa
penasaran yang besar Anugerah dengan cepat mengambil buku yang berada di
pangkuanku kemudian dia buka dan mulai membaca.
“Puji suukur ke haadirat Alah Azza Wa jalla yang telah
memberikan nikmat iman dan islam kepada kita. Saalawat dan salam semoga
tercurah kepada Raaasulullah Muhammad es a we…”
Sambil membaca aku tertegun
gembira melihatnya, dibandingkan dengan dua temannya hanya Anugerah yang pandai
membaca dengan cepat.
“Kak uang…” pinta Awal
Sambil tersenyum aku
mengeluarkan dompet dan merogoh kocek selembar uang dua ribu rupiah. Sebelum
aku memberinya aku berpesan.
“Kalian jangan lupa belajar yah…,”
“Yaa… kak…,”
jawabnya serentak
Akupun melanjutkan
tulisanku, selang beberapa menit tiba-tiba datang seorang gadis bertubuh kurus
membawa keranjang yang berisi minuman dan berdiri di sampingku. Mungkin dia
penasaran apa yang aku lakukan, namun aku hanya terus menulis dan dia juga
sibuk memperhatikan tulisanku.
Aku menoleh ke samping dan bertanya
“Tahu baca buku ini?”
“Kalau kutahui ki kak belliki minumanku…?”
Sambil tertawa dengan segera aku menyodorkan buku dan
menyuruhnya membaca.
“Baca!” Pintaku
“Kedasan eee kecedasan, ndak kutahuiki kak baca. Ndak
bisaka sebutki”
“Coba di eja.”
“Ke ce mati r kecer da sa mati n kecerdasan.”
“Itu tahu…,”
Gadis centil ini hanya tersenyum
“Kalau membaca jangan terlalu cepat, di eja dulu…,”
Nasehatku
Seperti Anugerah dia
dengan cepat mengambil tulisanku dan membacanya namun kali ini berbeda, dia
membacanya dengan suara yang hampir tidak terdengar, aku menuggunya sampai
selesai membaca. Setelah beberapa menit dia mengembalikan tulisanku dan
berlalu.
Bukan hanya empat anak
yang datang padaku tapi lebih dari itu, beberapa dari mereka mematung dekat di
hadapanku, melihatku sambil menulis, ada juga yang datang dari arah belakang
sambil duduk melihat.
Mungkin mereka adalah anak-anak
yang sering kita lihat, demi m engisi perut, mereka rela mengais rezeki walau
dengan usai yang terpaut masih sangat dini. Beberapa dari kita mengerutkan
kening jika mereka mulai mendekat menawarkan barang dagangan atau jasa.
Tetapi alangkah baik
jika meluangkan beberapa menit untuk mengajaknya berbicara dan memberinya
sedikit nasehat, sebab banyak pelajaran yang dapat dipetik. Seperti pada kasus
di atas beberapa anak memiliki rasa keingintahuan yang besar untuk belajar,
yang seharusnya bukan tanggung jawab mereka mencari sesuap nasi. Tanggung jawab
mereka adalah belajar dan belajar. Namun karena kerasnya hidup, mereka rela
membuang tanggung jawabnya.
Hanya dengan meluangkan
waktu sekian jam sore tadi, aku bersyukur atas apa yang Allah berikan untukku
saat ini.
Sunday, October 07, 2012
Benteng Pertahanan Iman
Di zaman yang penuh
dengan kemaksiatan, mabuk-mabukan, judi, mengumbar aurat, free sex, dll, ini
adalah realita di masyarakat, tidak boleh di nafikan, kebiasan-kebiasan buruk
ini, terkadang memercik pada setiap orang, bahkan orang alim dan sholeh
sekalipun. Memercik adalah permulaan
kemudian menuju kepada percobaan. Eroni!
‘Sholeh-sholeh kok merokok?’
‘Jilbaban kok pacaran?’
Peci dan jilbab dua simbol
kesholehan, menurut pandangan masyarakat. Sejatinya penampakan luar bukan di
jadikan alasan sebagai bentuk kesholehan, tetapi stigma ini sudah melekat. Siapa
yang di salahkan, manusianya atau agamanya? Jelas orangnya.
Tapi bagaimana yang
tadinya dia alumni pesantren atau jebolan Al-Azhar, atau aktivis organisasi
bermaksiat? Siapa yang disalahkan agamanya atau orangnya? tentu orangnya, bukan
agamanya.
Merokok dan pacaran,
sholeh maupun awam, masyarakat akan menuduh si sholeh ketimbang awam.
“Munafik.”
Padahal selama seseorang
masih mentauhidkan Allah SWT dan mengakui Nabi Muhammad SAW sebagai rasulnya. Meraka
terkena hukum sebagaimana si sholeh. Bukan suatu kewajaran jika awam berbuat
dosa, tapi dosanya akan menjadi sebuah kewajaran. Jika sudah seperti itu,
kemaksiatan sudah merajalela.
“Tidak apa-apa pacaran yang penting
tidak sentuhan.”
“Tidak apa-apa kerudungnya melilit
ke leher yang penting pakai.”
Yang
penting, yang penting, yang penting ini adalah pandangan pragmatis.
Individualistik,
satu kata mewakili sifat umum masyakat saat ini.
“Masalah buat loh.”
Ya, masalah buat gue,
lo islam gue islam, sama-sama terkena kewajiban. berjalan dengan berpakaian sexy, masalah buat laki-laki muslim.
Angkuh dengan
kelebihan, sakit perasaan saudaramu yang lain.
Berbicara tanpa kontrol,
menyinggung orang lain.
“Ribet.”
Yang ribet hati, bukan aturannya.
Ikhlas adalah kata kunci menjalani hukum islam.
Islam mengajarkan umatnya
untuk beramal secara kaffah.
“Beramal secara kaffah itu apa?”
Engkau menjalankan hukum-hukum
islam secara ikhlas berdasarkan tuntutan surat cinta Allah SWT dan pesan manis
Rasulullah SAW.
Pertanyaannya,
“Jika saya sudah insaf bagaimana saya
mempertahankan keimanan saya?”
Bermajelis bersama
orang-orang sholeh, baca Al-Qu’ran, berdzikir, banyak membaca buku islam,
saling mengingatkan, serta kegiatan-kegiatan positif lainnya, tapi yang
terutama adalah doa, karena ia bagaikan pisau langit yang merobek hijab antara
hamba dan TuhanNya.
“Ya Allah, yang membolak balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agamamu.”
Pesan suci Rasululllah
SAW kepada umatnya,
Friday, October 05, 2012
Islamic Version; Beauty and The Beast
Nah, ternyata kisah ini terdapat dalam literature islam juga, kisah ini saya copas dari kompiku, jalan ceritanya tidak begitu sama, namun ada beberapa kemiripan. Cheack it Out!!!
Alkisah....
Ada seorang ulama sedang berjalan-jalan kemudian melihat seorang wanita cantik sedang duduk bersama seorang laki-laki yang buruk rupa, yang ternyata mereka adalah sepasang suami istri, ulama itu berkata :
"Mereka tampak bergembira dengan pembicaraannya sampai merekapun tertawa bersama-sama."
Kemudian ulama ini mendekati mereka dan bertanya kepada wanita cantik itu,
"Kamu adalah wanita cantik, kenapa kamu mau menikahinya." tanya ulama itu.
Kemudian wanita cantik itu menjawab :
"Barangkali Allah menakdirkanku bersamanya untuk lebih lebih bersabar sedangkan dia ditakdirkan bersamaku untuk lebih bersyukur kepada Allah, bukankah Allah berkata bahwa orang yang bersabar dan bersyukur akan mengantarkannya ke dalam surga?"
Ulama yg mendengarkankannya pun takjub dan meninggalkan mereka berdua.
Waasasun min haulii wajuuu...(ngikut lagu penutup kisah ini hehehe)
Simple bukan ceritanya, setelah membaca cerita ini pasti muncul pertanyaan apa hikmah yang terdapat dalam kisah ini?
Jawabannya ___ ada pada diri anda, jadi silahkan d jawab? ^^
NB:
Wednesday, May 23, 2012
Stop Whiny
Memiliki tubuh yang sempurna sejak lahir, merupakan
anugerah yang besar dari yang Maha Kuasa. Telinga, kaki, tangan, mata serta
anggota tubuh lainnya tidak terdapat cacat sedikitpun. Namun, tidak dipungkiri
terdapat ribuan atau bahkan lebih orang-orang di luar sana tidak merasakan
kenikmatan anggota tubuh yang lengkap. Menderita dengan keterbatasan alat
motorik, pendengaran atau penglihatan hingga membutuhkan uluran tangan dari pihak
lain for daily life.
Jika
Allah SWT mencabut sedikit nikmat dari salah satu tubuh atau menghilangkannya
walau sesaat, perasaan sakit dan gelisah mulai menggelayut. Ketakutan yang
mengakibatkan orang-orang mulai menjauh, kegelisahan harapan yang kemungkinan
tidak terwujud, masa depan yang tidak akan cerah, kekhawatiran uluran tangan
yang memaksa diri menolong disebabkan rasa simpati. Setidaknya itu gambaran
umum yang terbesik di dalam hati setiap manusia.
Saya yakin tidak ada satupun di dunia ini yang mengiginkannya, namun jika Allah SWT telah berkehendak, siapa yang bisa melawan. Tentunya dengan berbagai keterbatasan, pasti terdapat hikmah. Memang, saya maupun normal lainnya tidak mampu mengidentifikasi rasa sakit dari saudara-saudara kita yang terbatas namun saat ini hanya mampu bersyukur dengan keadaan.
Keberadaan mereka membuat kita berfikir untuk tidak menoleh terus ke atas dengan melihat manusia segudang keserakahan, menjanjikan kenikmatan dunia yang semu, namun mengajarkan untuk melihat ke bawah dengan manusia segudang kelemahan, mengajarkan arti kehidupan bukan hanya rasa kenikmatan tapi juga ada kesedihan, kelelahan dan memberikan informasi terdapat banyak orang yang merasa sakit dari dirimu, hingga kamu bersyukur dan tidak merasa sendiri di dunia, akhirnya whiny tidak terus berlanjut.
Rasulullah SAW pernah berkata bahwa rasa sakit dapat menggugurkan dosa-dosa, insyaAllah.
Gambar di atas memberikan pesan, apapun dirimu tetap tersenyum, hadapi dunia dengan lapang dada dan mereka yang tidak normal mampu memberikan manfaat kepada yang normal.
Friday, May 18, 2012
Aku Sangat Mencintai Agamaku
Aku mencintai agamaku lebih dari apapun di dunia, Allah
SWT adalah tuhanku, dan Dia adalah sesembahan hak bagiku. Rasululullah adalah
Nabiku yang akupun sangat mencintainya, beliau adalah suri tauladanku, dan
sebaik-baik guru bagiku.
Aku
sangat bangga dengan agamaku dan sangat bersyukur Allah SWT memilihku menjadi
salah satu hambanya, yang telah memberikanku nikmat keimanan yang tidak dapat diukir dengan kata dan tidak
tertukarkan dengan harta duniawi.
"Katakanlah: Sesungguhnya shalat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam." (QS. Al-An'am : 162)
"Katakanlah: Sesungguhnya shalat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam." (QS. Al-An'am : 162)
Ayat ini telah aku implementasi dalam kehidupanku sehari-hari dan telah menjadi falsafah hidupku. Sebagai wujud kecintaanku, saya berusaha untuk menjalankan apa yang Dia perintahkan dan yang dilarangNya, karena cinta menurut pengertianku adalah pengorbanan.
Kukorbankan waktu, tenaga, harta untuk kejayaan islam melalui dakwahku. Mungkin terdengar lelah namun demi Allah SWT ini semua bukan menjadi persoalan penting, namun yang lebih urgen, apakah Allah SWT telah meridhoi niat tulusku.
Akupun
sangat menyangjung teladan utamaku, seorang Nabi sekaligus Rasul terakhir di
dunia. Kecintaan beliau kepada umat yang tidak dapat terbayangkan melalui
kata-kata terakhir beliau “umatku umatku
umatku” tiga kata yang sederhana namun penuh makna yang sangat dalam. Sangat
langka menemukan kata mutiara ini terlontarkan dari mulut seseorang yang
mendekati sakaratul maut. Bukankah ini menandakan bahwa beliau sangat mencintai
umatnya? Kemudian apa balasan yang kita berikan dari perjuangan beliau selama
mendakwakan islam? tidakkah kita rindu bertemu Rasulullah SWT?
Ya Rabb, Tuhanku
yang hanya satu-satunya sesambahanku, hamba yang penuh dosa ini rasanya tidak
layak berkata bahwa aku sangat ingin melihatmu, namun dorongan kecintaanku ingin
bertemu denganmu begitu besar.
Ya Rasulullah,
Nabi yang sangat kucintai, besar harapan ingin kumenemuimu dan menyampaikan rasa
cintaku yang sangat dalam. Ingin kukabarkan bahwa pembuktian cintaku kepadamu
bukan sekedar kata tetapi melalui dakwahku, yang dahulu engkau rasakan beserta
para sahabatmu.
Kucintai
agamaku lebih dari apapun di dunia ini.