Sore tadi aku
berkesempatan berkunjung ke pantai losari, dengan niat mencari inspirasi atau
ide-ide untuk tulisanku. Karena terburu-buru akibatnya aku lupa membawa buku catatan,
akhirnya aku menuangkan ide di belakang buku bacaanku.
Setiba di tempat tujuan
seperti biasa pantai lumayan ramai pada sore hari, saya mencari tempat duduk
yang strategis yang mengarah ke laut. Terlihat matahari sudah agak menguning, dengan
sigap aku mengeluarkan buku dan pulpen.
Sementara aku sedang
asyik menulis tiba-tiba datang tiga sekelompok anak jalanan yang bernyanyi di
hadapanku, entah lagu apa yang dinyayikan tapi terdengar lucu, seorang anak
berperawakan agak tinggi menggantung gitar dewasa, kontras dengan tubuh
kurusnya sementara dua anak lainnya bernyanyi sambil berjoget, nyengir.
Setelah mereka bernyayi mereka maju.
“Kak…,”sambil mengepalkan tangannya.
Tahulah aku mereka
meminta bayaran atas jasa nyanyinya. Tapi, aku urung memberikan uang malah
menggantinya dengan beberapa pertanyaan yang aku ajukan.
“Nama kamu siapa?” tanyaku
“Rega” kilatnya
“Kamu…”
“Anugerah…,” Jawab si anak bertubuh agak tinggi
“Kamu?” Tanyaku akhir
“Awal…,”
Kalau
Anugerah umurnya berapa?”
“13
tahun.”
“Kalau
rega berapa umurnya?”
“Hmmm…,” pikirnya sambil tertawa
“14
tahun kak!"
“iiiii bukan 14 tahun umurnu,,,!” sekah Anugerah
“Iyyyo bukan,,,, Topik saja umurnya 14
baru tinggi badannya…” tekan Awal
“Jadi
yang benar umur kamu berapa?” tanyaku ulang
“Eeee 14 tahunmo de kak…,” jawabnya ragu
“Awal
berapa umurnya?"
“12”
Jawabnya enteng.
"Kalau besar nanti, apa cita-cita kalian?"
“Saya tentara kak…,” tegas Anugerah
“Kalau Rega?”
Sambil tertawa sipu,,,dan menjawab “Tidak tahu deee kak…?”
“Awal?”
“Hmmm,,,ndak
tahu.”
“Masa tidak ada?”
“Mahasiswa deee kak…,”
“Mahasiswa?” tanyakku balik
“Iya…,”
"Tahu membaca?"
“Iya kak…,” jawab Anugerah
Coba baca buku ini?
“Ca..haa.yaaa di atas cahaya…”
“Kalau yang ini?”
“Kecerdaaasan ru..ru haniah…”
Mungkin dengan rasa
penasaran yang besar Anugerah dengan cepat mengambil buku yang berada di
pangkuanku kemudian dia buka dan mulai membaca.
“Puji suukur ke haadirat Alah Azza Wa jalla yang telah
memberikan nikmat iman dan islam kepada kita. Saalawat dan salam semoga
tercurah kepada Raaasulullah Muhammad es a we…”
Sambil membaca aku tertegun
gembira melihatnya, dibandingkan dengan dua temannya hanya Anugerah yang pandai
membaca dengan cepat.
“Kak uang…” pinta Awal
Sambil tersenyum aku
mengeluarkan dompet dan merogoh kocek selembar uang dua ribu rupiah. Sebelum
aku memberinya aku berpesan.
“Kalian jangan lupa belajar yah…,”
“Yaa… kak…,”
jawabnya serentak
Akupun melanjutkan
tulisanku, selang beberapa menit tiba-tiba datang seorang gadis bertubuh kurus
membawa keranjang yang berisi minuman dan berdiri di sampingku. Mungkin dia
penasaran apa yang aku lakukan, namun aku hanya terus menulis dan dia juga
sibuk memperhatikan tulisanku.
Aku menoleh ke samping dan bertanya
“Tahu baca buku ini?”
“Kalau kutahui ki kak belliki minumanku…?”
Sambil tertawa dengan segera aku menyodorkan buku dan
menyuruhnya membaca.
“Baca!” Pintaku
“Kedasan eee kecedasan, ndak kutahuiki kak baca. Ndak
bisaka sebutki”
“Coba di eja.”
“Ke ce mati r kecer da sa mati n kecerdasan.”
“Itu tahu…,”
Gadis centil ini hanya tersenyum
“Kalau membaca jangan terlalu cepat, di eja dulu…,”
Nasehatku
Seperti Anugerah dia
dengan cepat mengambil tulisanku dan membacanya namun kali ini berbeda, dia
membacanya dengan suara yang hampir tidak terdengar, aku menuggunya sampai
selesai membaca. Setelah beberapa menit dia mengembalikan tulisanku dan
berlalu.
Bukan hanya empat anak
yang datang padaku tapi lebih dari itu, beberapa dari mereka mematung dekat di
hadapanku, melihatku sambil menulis, ada juga yang datang dari arah belakang
sambil duduk melihat.
Mungkin mereka adalah anak-anak
yang sering kita lihat, demi m engisi perut, mereka rela mengais rezeki walau
dengan usai yang terpaut masih sangat dini. Beberapa dari kita mengerutkan
kening jika mereka mulai mendekat menawarkan barang dagangan atau jasa.
Tetapi alangkah baik
jika meluangkan beberapa menit untuk mengajaknya berbicara dan memberinya
sedikit nasehat, sebab banyak pelajaran yang dapat dipetik. Seperti pada kasus
di atas beberapa anak memiliki rasa keingintahuan yang besar untuk belajar,
yang seharusnya bukan tanggung jawab mereka mencari sesuap nasi. Tanggung jawab
mereka adalah belajar dan belajar. Namun karena kerasnya hidup, mereka rela
membuang tanggung jawabnya.
Hanya dengan meluangkan
waktu sekian jam sore tadi, aku bersyukur atas apa yang Allah berikan untukku
saat ini.
:)
ReplyDelete