Ngomong tentang waktu, jangan kata itu sulitnya minta ampun, udah dibikinin konsepnya, kemungkinan dijalanin hanya sekian persen, selebihnya amburadul lagi dan lagi, padahal udah semedi, udah niat tulus malah minta doa ama Allah, sama saja hasilnya nihil kembali.
Nah, gimana kalau mau dibikin sempurna, weitz bukan sempurna tapi yang ada diusahakan baik. Saya kasi rekomendasi buku manajemen waktu para ulama, serial tetrilogi ulama, (yang duanya tentang kesabaran dan ulama ngebujang karena ilmu). Jujur ya, shocking baca ni buku, abisnya betul-betul memanajemenkan diri, tak kasi beberapa contohnya :
Waktu terberat bagiku adalah waktu makan (Khalil bin Ahmad)
Memilih kue basah ketimbang roti untuk menghemat waktu dalam memakannya (Ibnu Aqil)
Menelaah kitabnya saat sedang berjalan kaki (Ya'qub An-Najirami)
Tidak sempat berbicara dengan orang-orang yang mengunjunginya (Al-Hakim)
Selama dua tahun nyaris tak pernah tidur (Imam Nawawi)
Beliau meminta seseorang untuk membacakan kitab ketika ia masuk WC (Ibnu Taimiyyah Al-Jadd)
Makan malam disuapi budak wanitanya, tapi tak sadar karena sibuk menyusun buku (Ibnu Suhun)
Tidak makan kecuali hanya sekali dalam sehari (Imam Nawawi)
Ok, saudara-saudara seperti itulah sedikit gambaran kehidupan para ulama dalam memaksimalkan waktunya. Coba dipikir kalau ulama saja begitu ngototnya belajar, artinya mereka tahu betul makna kata demi masa dalam Al-Qur'an (ingat, mereka pewaris para nabi loh) jadi tidak usah heran karya yang mereka telurkan sampai ratusan ribu kitab *sesaknafas
Ah, sudahlah saya mau undur diri, mau merenung nasib jadi hamba gagal, bye bye
No comments:
Post a Comment