Laman

Wednesday, May 23, 2012

Stop Whiny


Memiliki tubuh yang sempurna sejak lahir, merupakan anugerah yang besar dari yang Maha Kuasa. Telinga, kaki, tangan, mata serta anggota tubuh lainnya tidak terdapat cacat sedikitpun. Namun, tidak dipungkiri terdapat ribuan atau bahkan lebih orang-orang di luar sana tidak merasakan kenikmatan anggota tubuh yang lengkap. Menderita dengan keterbatasan alat motorik, pendengaran atau penglihatan hingga membutuhkan uluran tangan dari pihak lain for daily life.

Jika Allah SWT mencabut sedikit nikmat dari salah satu tubuh atau menghilangkannya walau sesaat, perasaan sakit dan gelisah mulai menggelayut. Ketakutan yang mengakibatkan orang-orang mulai menjauh, kegelisahan harapan yang kemungkinan tidak terwujud, masa depan yang tidak akan cerah, kekhawatiran uluran tangan yang memaksa diri menolong disebabkan rasa simpati. Setidaknya itu gambaran umum yang terbesik di dalam hati setiap manusia.



Saya yakin tidak ada satupun di dunia ini yang mengiginkannya, namun jika Allah SWT telah berkehendak, siapa yang bisa melawan. Tentunya dengan berbagai keterbatasan, pasti terdapat hikmah. Memang, saya maupun normal lainnya tidak mampu mengidentifikasi rasa sakit dari saudara-saudara kita yang terbatas namun saat ini hanya mampu bersyukur dengan keadaan.

Keberadaan mereka membuat kita berfikir untuk tidak menoleh terus ke atas dengan melihat manusia segudang keserakahan, menjanjikan kenikmatan dunia yang semu, namun mengajarkan untuk melihat ke bawah dengan manusia segudang kelemahan, mengajarkan arti kehidupan bukan hanya rasa kenikmatan tapi juga ada kesedihan, kelelahan dan memberikan informasi terdapat banyak orang yang merasa sakit dari dirimu, hingga kamu bersyukur dan tidak merasa sendiri di dunia, akhirnya whiny tidak terus berlanjut.


Rasulullah SAW pernah berkata bahwa rasa sakit dapat menggugurkan dosa-dosa, insyaAllah.

Gambar di atas memberikan pesan, apapun dirimu tetap tersenyum, hadapi dunia dengan lapang dada dan mereka yang tidak normal mampu memberikan manfaat kepada yang normal.

Friday, May 18, 2012

Aku Sangat Mencintai Agamaku

Aku mencintai agamaku lebih dari apapun di dunia, Allah SWT adalah tuhanku, dan Dia adalah sesembahan hak bagiku. Rasululullah adalah Nabiku yang akupun sangat mencintainya, beliau adalah suri tauladanku, dan sebaik-baik guru bagiku.

Aku sangat bangga dengan agamaku dan sangat bersyukur Allah SWT memilihku menjadi salah satu hambanya, yang telah memberikanku nikmat keimanan yang  tidak dapat diukir dengan kata dan tidak tertukarkan  dengan harta duniawi.  

"Katakanlah: Sesungguhnya shalat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam." (QS. Al-An'am : 162)

Ayat ini telah aku implementasi dalam kehidupanku sehari-hari dan telah menjadi falsafah hidupku. Sebagai wujud kecintaanku, saya berusaha untuk menjalankan apa yang Dia perintahkan dan yang dilarangNya, karena cinta menurut pengertianku adalah pengorbanan.

Kukorbankan waktu, tenaga, harta untuk kejayaan islam melalui dakwahku. Mungkin terdengar lelah namun demi Allah SWT ini semua bukan menjadi persoalan penting, namun yang lebih urgen, apakah Allah SWT telah meridhoi niat tulusku.

“Wahai yang membolak-balik hati manusia tetapkanlah hati ini dalam agama dan ketaatan kepadaMu”.

Akupun sangat menyangjung teladan utamaku, seorang Nabi sekaligus Rasul terakhir di dunia. Kecintaan beliau kepada umat yang tidak dapat terbayangkan melalui kata-kata terakhir beliau “umatku umatku umatku” tiga kata yang sederhana namun penuh makna yang sangat dalam. Sangat langka menemukan kata mutiara ini terlontarkan dari mulut seseorang yang mendekati sakaratul maut. Bukankah ini menandakan bahwa beliau sangat mencintai umatnya? Kemudian apa balasan yang kita berikan dari perjuangan beliau selama mendakwakan islam? tidakkah kita rindu bertemu Rasulullah SWT?

Ya Rabb, Tuhanku yang hanya satu-satunya sesambahanku, hamba yang penuh dosa ini rasanya tidak layak berkata bahwa aku sangat ingin melihatmu, namun dorongan kecintaanku ingin bertemu denganmu begitu besar.

Ya Rasulullah, Nabi yang sangat kucintai, besar harapan ingin kumenemuimu dan menyampaikan rasa cintaku yang sangat dalam. Ingin kukabarkan bahwa pembuktian cintaku kepadamu bukan sekedar kata tetapi melalui dakwahku, yang dahulu engkau rasakan beserta para sahabatmu.

Kucintai agamaku lebih dari apapun di dunia ini.