Laman

Thursday, December 30, 2010

Tangannya Menjadi Lumpuh

Ada seorang anak durhaka yang memiliki istri yang zholim, yang tak ada kebaikan padanya. Anak durhaka itu senantiasa dinasihati oleh ibunnya, namun ia tak pernah memperdulikannya, lantaran pengaruh istrinya yang zholim itu. Istrinya adalah seorang wanita asing yang bukan berasal dari negaranya. Setelah perselisihan antara anak dan ibunya itu sampai klimaksnya, maka sang anak bermaksud membunuh ibunya atas inisiatif istrinya. Dia berkata kepada ibunya, “Maukah ibu pergi berjalan-jalan bersamaku?” Ibunya menyangka bahwa anaknya telah berubah menjadi anak yang berbakti. Maka, dengan sangat gembira ia merespon, “Ya wahai anakku, aku akan berjalan-jalan bersamamu. Semoga Allah meridhoi dan memberi taufik menuju kebaikan.”

Yang menyetir mobil itu adalah anaknya, dan sang ibu naik bersamanya keluar menuju padang pasir, padahal anaknya itu berniat jahat padanya. Sang ibu menangis terharu lantaran begitu bahagia, karena sang anak telah menjadi anak yang berbakti dan mengajaknya berjalan-jalan bersama. Mobil berjalan melintasi jalan umum, namun tiba-tiba anaknya keluar dari garis pembatas jalan dan menyusuri padang pasir, hingga mencapai gundukan pasir dan tempat yang sepi. Lalu menghentikan mobilnya seraya berkata kepada ibunya, “Turun!” Ibu yang sholihah itu bertanya kepadanya, “Apakah kita telah sampai di tempat fulan yang mengundang kita?” Anak itu menjawab, “Tidak, tak ada seorangpun yang mengundang kita. Sebenarnya aku ingin membunuhmu, karena engkau selalu merusak ketenangan hidupku bersama istriku.” 

Mendengar perkataan anaknya itu, lalu sang ibu menangis dan berkata, “Biarkanlah aku tinggal di rumah sendirian.” Sang anak berkata “Kalau aku berbuat itu, maka orang-orang tentu mencelaku, kalau aku membunuhmu di sini, maka tak ada satupun orang yang mengetahuinya.” Maka ibunya menanggapi, “Allah pasti mengetahui urusanmu dan membalas perbuatanmu dan juga istrimu.” Namun anak itu justru menajawab dengan nada yang mengejek dan sombong, “Maksudmu Allah akan menyelamatkanmu dari genggaman tanganku.” Sang ibu pun berteriak, “Aku tak akan takut mati selagi engkau bersikukuh dengan sikapmu, sebab Allah berfirman “…apabila telah tiba saat kebinasaan mereka, mereka tidak kuasa menundanya sekejap pun dan tak mampu memajukan.” (QS. Al-A’raf : 34)

Kemudian anak itu semakin bersemangat ingin membunuh ibunya, namun ibunya berkata “Berilah aku waktu untuk sholat dua rakaat. Apabila aku telah sampai pada duduk tasyahud dan telah selesai tasyahud, maka bunuhlah jika engkau mau, sebab aku tak ingin melihatmu membunuhku.” 

Demikianlah yang terjadi, lalu sang ibu menghadap ke kiblat seraya berkata penuh keyakinan terhadap Allah, ia memulai sholatnya dengan amat khusyuk sementara anaknya diam menunggu. Allah mengetahui batin seseorang. Dia juga akan menolong hamba-Nya yang dizholimi, dan apabila Dia hendak melakukan sesuatu cukuplah mengatakan, jadilah mka terjadilah.

Ketika sampai pada posisi tasyahud, kedua mata anaknya memerah dan seluruh tubuhnya gemetar (penj, bernafsu membunuh), ia menoleh ke kanan dan ke kiri tak terlihatpun yang datang. Lalu mengangkat sebuah batu untuk ditimpakkan kepada ibunya. Namun, ulahnya justru menyebabkan satu tangannya patah menjadi dua bagian. Sang ibu mendengar anaknya menjerit, lalu ia menoleh ingin melihat apa yang sebenarnya terjadi.

Ibunya melihat anaknya telah terbenam ke bumi, kedua kakinya tertanam ke dalam tanah, dan tubuhnya yang lain berada di atas. Sementara tangan yang dipakai untuk mengangkat batu itu lumpuh tidak bisa bergerak. Ibu itu menangisi anak satu-satunya itu, seraya mengucapkan, “Anakku sayang…! Aku tak punya anak lagi selain dia. Ya Allah apa yang menimpamu nak?” kemudian dengan penuh kasih sayang, sang ibu dengan kedua tangannya yang lemah menarik anaknya dari dalam tanah, seraya berkata, “Duhai sekiranya aku saja yang mati daripada menyaksikan dirimu mengalami kejadian yang menyedihkan ini, hai anakku.” 

Allah Yang Maha Kuasa berkuasa telah membalas kejahatan anak durhaka itu. 

Sumber : Buku Tangannya menjadi lumpuh, Fatturohman Muhammad jamil mumtaza.

3 comments: