Cinta sebuah kata yang membuat bibir tersenyum membuat jiwa terasa tenang, dengannya hidup terasa lebih bermakna. Setiap hari perasaan semakin membumbung tinggi tatkala mengingatnya, dan semakin sumringah tatkala bertemu dengan si doi. Cinta adalah fitrah yang Allah anugerahkan pada hamba-hambanya, saling kasih mengasihi antar lawan jenis untuk menyalurkan suka cita di antara keduanya. Sikap saling membutuhkan antar sesama manusia itulah yang menjadikannya hadir yang diawali oleh kedekatan yang intens, hingga pada akhirnya terjadi ikatan batin yang menguat. Siapapun anda baik seorang presiden, kuli, mahasiswa, pejabat bahkan pendekar sekalipun akan merasakannya.
Islam agama Rahmatallil ‘alamin telah membahas rambu-rambu dalam bercinta, tidak menjadi sebuah permasalahan jika mencintai, justu cinta harus dijaga, dirawat, dan dilindungi dari segala jenis kehinaan dan apa saja yang mengotorinya. Begitu pula Rasulullah dan para sahabat pernah merasakannya, hanya saja agama ini memberikan bentuk penyaluran yang tepat melalui sebuah ikatan yang jelas yakni pernikahan.
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya. Dia menciptakan untukmu pasang-pasangan dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya dan dijadikanNya di antaramu rasa cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS Ar-Rum : 21)
Ibnu Qoyyim menjelaskan bahwa jenis cinta kepada wanita ada tiga yaitu
1. Mencintai wanita untuk mendekatkan diri kepada Allah contohnya : cinta seorang suami kepada istrinya yang mendorong untuk melaksanakan syariat Allah.
2. Cinta yang dapat mendatangkan murka Allah dan dapat menjauhkan dari rahmatNya. Jenis cinta ini lah yang mendatangkan kerusakan dalam sistem kehidupan masyarakat seperti zina, perselingkuhan dan pacaran.
3. Cinta yang mubah, cinta ini terjadi karena tidak ada unsur kesengajaan, sebagaimana mencintai bayangan seorang wanita yang berparas cantik. Tanpa sengaja dia melihat wanita itu lalu jatuh cinta. Dan cintanya itu tidak sampai menyebabkannya berbuat maksiat. Jika hasratnya telah menggebu maka sebaiknya ditempuh dengan jalur pernikahan, apabila belum mampu maka sibukkanlah diri ini dengan hal-hal yang bermanfaat.
Salah satu bentuk yang paling umum untuk menyalurkan hasrat cinta adalah pacaran. Umat islam khususnya, telah banyak terjerumus pada kebudayaan liberal ini. Pacaran adalah salah satu pintu setan laknatullah dalam menjerumuskan cucu Adam ke jurang Neraka, dalam pacaran tidak terdapat sama sekali faedah, justru malah membuat pribadi menjadi pengecut karena takutnya mengarungi pernikahan, hanya mau enaknya saja. Jika mau jujur sistem ala pacaran penuh dengan kedustaan, dan pengekangan yang tidak berdasar karena hakekatnya bukanlah sebuah ikatan yang jelas.
Jika ikatan ini saja tidak jelas maka rasionalkah tubuh ini dipegang, dipeluk, dikecup, waliyadzubillah. Sungguh menjijikkan mengikuti pola hidup orang-orang kuffar, apa bedanya kita dengan sifat mereka jika mengadopsi kebudayaannya. Pacaran adalah pintu menuju jurang zina yang lebih besar yaitu jima’ (persetubuhan), karena sebelum itu terjadi maka didahului dengan rabaan. Kalau pun sebagian orang memberikan alibinya bahwa selama pacaran belum pernah dan tidak akan pernah bersentuhan, maka akan ku beri pertanyaan “Bagaimana jika kau mengarungi samudra asmara selama bertahun-tahun bisakah kau menjamin tidak bersentuhan walau sedikitpun? bukankah jika kau berkhalwat (berdua-duaan) memungkinkan bagimu melakukannya? mustahil jika kalian pacaran hanya bersifat monoton. Bukankah angan-anganmu selalu menghantuimu untuk selalu dekat, dan kemungkinan besar itu akan terjadi?” Ala bisa karena biasa.
“Dan jaganlah kalian mendekati zina. Sesungguhnya zina adalah suatu perbuatan keji dan seburuk-buruk jalan.” (QS. Al-Isra : 32)
“Telah tertulis atas anak Adam nasibnya dari zina. Akan bertemu dengan hidupnya, tidak bisa tidak. Maka kedua mata, zinanya adalah memandang. Kedua telinga, zinanya berupa menyimak dengarkan. Lisan, zinanya berkata. Tangan, zinanya menyentuh. Kaki, zinanya berjalan. Dan zinanya hati adalah ingin dan angan-angan. Maka akan dibenarkan hal ini oleh kemaluan, atau didustakannya.” (HR. Muslim)
Berdasarkan hadits di atas, ini juga yang membuktikan bahwa “Pacaran Islami” tidak ada.
Rasa suka tersebut datang karena banyak hal entah itu parasnya, kecerdasannya, kekayaannya, agamanya, keturunannya.
“Wanita dinikahi karena empat hal : sebab hartanya, kedudukannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Maka pilihlah yang beragama agar barakah kedua tanganmu.” (HR. Muslim)
Dari mata turun ke hati, sebaiknya orang seperti ini harus mengingat sebuah kutipan dari Al-Qur’an. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :
“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, hendaklah mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya…” (QS. An-Nur : 30-31)
Ini sering terjadi diakibatkan melihat seseorang yang berwajah rupawan, jika engkau terus menatapnya maka memungkinkan bagimu untuk terus mengingatnya dan berusaha menginginkannya, jadi pandangan jangan di buat berkeliaran.
Dari Jabir bin Abdillah, beliau berkata : “Aku bertanya kepada Rasulullah tentang pandangan yang tiba-tiba. Beliau bersabda : Palingkan segera pandanganmu!” (HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud dan At-Tirmidzi)
Dalil lainnya dalam sebuah kisah :
Suatu ketika Al Fadl bin Abbas pernah membonceng Nabi Muhammad, beliau tengah melakukan haji Wada’ kemudian ada wanita Khats’amiyah yang meminta fatwa pada Nabi. Pada waktu itu Al Fadl menoleh pada seseorang wanita yang berwajah cantik. Kecantikan itu menarik hatinya, demikian pula wanita itu pun memandang pada Al Fadl. Maka Rasulullah pun memegang dagu Al Fadl dan memalingkan wajahnya ke arah lain. Al Abbas bertanya kepada Nabi, “Wahai Rasulullah, mengapa engkau palingkan leher anak pamanmu ?” Beliau menjawab, “Saya melihat ada pemuda dan pemudi yang aku tidak bisa tenang kalau-kalau ada gangguan setan terhadap keduanya.”
Suatu waktu ada sahabat Rasulullah yang hendak menemui beliau, sedangkan ketika itu Rasulullah bersama Aisyah. Maka mendengar sahabatnya yang buta tersebut datang, segera Rasulullah menyuruh Aisyah untuk masuk ke dalam. Dia Mendengar perintah Nabi, Aisyah berkata, “Bukankah dia tidak bisa melihat ?” Rasulullah bersabda, “Tapi bukankah kamu bisa melihat?”
Kadang aku dibuat tertawa oleh kaum muda mudi yang sedang di mabuk asmara, mereka harus mencari tempat yang jauh dari kerumunan orang untuk menyalurkan nafsu syahwatnya. Setelah selesai masa berlaku romantika itu, beralih lagi ke target selanjutnya dan begitu seterusnya. “Aku sudah bosan dengan dia, mau cari yang baru” yang lain mengatakan “Kami sudah tidak cocok lagi, makanya kami bubar saya akan mencari lelaki yang lebih mengerti aku” serta ribuan alasan classic lain. Setan laknatullah telah tertawa “ngakak” melihat kelakuan mereka, mereka tidak ubahnya seperti binatang yang siap sedia membuka celah untuk bercinta “di mana saja dan kapan saja” seperti slogan layanan komunikasi. Apa sesungguhnya yang mereka cari, gonta-ganti pasangan layaknya baju bekas yang dijual di pasar murah. Habis manis sepah dibuang, sungguh kasihan. Tersirat dalam pikirku “Sungguh hanya menghabiskan banyak waktu pada hal-hal yang tidak berguna” . Tidakkah mereka malu kepada Rabb yang penjagaanya selalu “Standby” setiap saat.
Terdapat pula opini masyarakat bahwa, hanya dengan pacaran merupakan sarana yang efektif ajang saling mengenal sebelum memasuki pintu pernikahan. Pacaran bukan satu-satunya jalan mengenali calon pendamping hidup, cukup saja sesi ta’aruf (perkenalan) atau minta keterangan lebih lanjut dari kerabatnya mengenai perilaku hidupnya sehari-hari. Jika sudah mantap maka nikahilah, insyaallah semua itu akan berbuah barakah.
Seorang uztadzah pernah membeberkan kisah pernikahannya, beliau berkata : “Sentuhan pertama yang kudapat dari suamiku sungguh luar biasa, karena ini untuk pertama kalinya aku di sentuh oleh seorang laki-laki, sehingga “casnya” lebih dahsyat.” Sontak seluruh kaum hawa dibuatnya tertawa. Bagaimana tidak, kejadian tersebut untuk pertama kalinya beliau disentuh, sehingga rasa cinta terhadap suaminya semakin menguat. Secara otomatis sangat jauh berbeda dari pasangan yang berpacaran karena sentuhan maupun rabaan telah ia dapatkan sehingga hari-hari yang dilalui bersama pasangannya setelah pernikahan tinggal “ampas” nya saja.
“Andaikata seorang lelaki kepalanya ditusuk dengan jarum besi, hal itu lebih baik daripada dia menyentuh perempuan yang tidak halal baginya.” (HR. Ath-Thabrani)
Akhwat dan ikhwan sekalian pasangan kita adalah cerminan dari karakter kita, logisnya kita menginginkan sesuatu yang lebih baik dari diri ini. Maka cobalah untuk menjadi pribadi yang bertakwa dan Allah akan mendatangkan pasangan yang menawan pula.
“…dan wanita yang baik adalah untuk lelaki yang baik dan laki-laki yang baik untuk wanita yang baik…” (QS. An-Nur : 26)
Namun perubahan anda jangan didasari oleh keinginan mendapatkan pasangan yang sholehah tetapi niat anda berubah karena Allah Azza Wa Jalla.
“Sesungguhnya setiap amalan itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan dari apa yang diniatkannya. Maka, barangsiapa yang hijrahnya kepada Allah dan RasulNya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan RasulNya. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena dunia yang akan dicapainya atau wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya sesuai dengan niat hijrahnya itu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ku tahu dalam hati-hati kalian menginginkan rasa itu dapat tersalurkan dan si dia yang engkau cintai dapat mengetahuinya. Namun ingatlah saudaraku cukuplah kau dan Allah yang mengetahuinya, cintai ia dengan diammu, Dia tahu semua yang kau inginkan tapi jagalah dirimu dari Naar yang menyala-nyala. Kalau kau merasa kesulitan melupakannya maka cobalah untuk menjauh darinya, carilah keburukan-keburukan pada dirinya (bukan maksud mencari aibnya, namun ini lebih kepada maslahat pribadi), sibukkan dirimu dengan rutinitas yang banyak seperti belajar, mengikuti kajian, serta kegiatan-kegitan positif lainnya, dan yang tidak kalah penting mintalah kemudahan kepada Allah Azza Wa Jalla.
Kalau ia adalah jodohmu maka Dia Yang Maha Kuasa mampu mempertemukanmu dengannya, jadi mengapa kamu mempermasalahkannya. Kalau pun tidak maka Allah yang lebih tahu mana yang terbaik, serahkan segala urusanmu kepadaNya. Cukuplah diri ini mengikuti bagaimana Rasulullah dalam bercinta dengan para istri-istrinya, beliau adalah suri tauladan yang baik. Jika engkau membaca kisah-kisah beliau bersama para istrinya sungguh akan membuatmu takjub, beliau tipikal seorang suami yang romantis contoh-contohnya banyak seperti menemani Aisyah mandi bersama, mengajaknya lomba lari, meminum air dari mulut mug yang sama, serta banyak kisah kemesraan lainnya.
Setelah menikah kaupun bebas mendatangi pasanganmu dari mana saja yang kamu suka, tanpa harus berfikir dampak negatifnya ke depan. Segala yang kau jalani bersama si doi akan berbuah pahala bukan dosa, dan kau pun tidak merasa was was lagi jika memamerkan kemesraanmu.
Bertawakkal dan berusaha untuk menjadi pribadi yang menawan jika waktu membahagiakan itu tiba, dan kemudian baru kau ucapkan ya Allah, aku jatuh cinta.
Maraji
Al-Quran
Bukunya Ibnu Qoyyim aduh lupa namanya :D
Islam agama Rahmatallil ‘alamin telah membahas rambu-rambu dalam bercinta, tidak menjadi sebuah permasalahan jika mencintai, justu cinta harus dijaga, dirawat, dan dilindungi dari segala jenis kehinaan dan apa saja yang mengotorinya. Begitu pula Rasulullah dan para sahabat pernah merasakannya, hanya saja agama ini memberikan bentuk penyaluran yang tepat melalui sebuah ikatan yang jelas yakni pernikahan.
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya. Dia menciptakan untukmu pasang-pasangan dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya dan dijadikanNya di antaramu rasa cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS Ar-Rum : 21)
Ibnu Qoyyim menjelaskan bahwa jenis cinta kepada wanita ada tiga yaitu
1. Mencintai wanita untuk mendekatkan diri kepada Allah contohnya : cinta seorang suami kepada istrinya yang mendorong untuk melaksanakan syariat Allah.
2. Cinta yang dapat mendatangkan murka Allah dan dapat menjauhkan dari rahmatNya. Jenis cinta ini lah yang mendatangkan kerusakan dalam sistem kehidupan masyarakat seperti zina, perselingkuhan dan pacaran.
3. Cinta yang mubah, cinta ini terjadi karena tidak ada unsur kesengajaan, sebagaimana mencintai bayangan seorang wanita yang berparas cantik. Tanpa sengaja dia melihat wanita itu lalu jatuh cinta. Dan cintanya itu tidak sampai menyebabkannya berbuat maksiat. Jika hasratnya telah menggebu maka sebaiknya ditempuh dengan jalur pernikahan, apabila belum mampu maka sibukkanlah diri ini dengan hal-hal yang bermanfaat.
Salah satu bentuk yang paling umum untuk menyalurkan hasrat cinta adalah pacaran. Umat islam khususnya, telah banyak terjerumus pada kebudayaan liberal ini. Pacaran adalah salah satu pintu setan laknatullah dalam menjerumuskan cucu Adam ke jurang Neraka, dalam pacaran tidak terdapat sama sekali faedah, justru malah membuat pribadi menjadi pengecut karena takutnya mengarungi pernikahan, hanya mau enaknya saja. Jika mau jujur sistem ala pacaran penuh dengan kedustaan, dan pengekangan yang tidak berdasar karena hakekatnya bukanlah sebuah ikatan yang jelas.
Jika ikatan ini saja tidak jelas maka rasionalkah tubuh ini dipegang, dipeluk, dikecup, waliyadzubillah. Sungguh menjijikkan mengikuti pola hidup orang-orang kuffar, apa bedanya kita dengan sifat mereka jika mengadopsi kebudayaannya. Pacaran adalah pintu menuju jurang zina yang lebih besar yaitu jima’ (persetubuhan), karena sebelum itu terjadi maka didahului dengan rabaan. Kalau pun sebagian orang memberikan alibinya bahwa selama pacaran belum pernah dan tidak akan pernah bersentuhan, maka akan ku beri pertanyaan “Bagaimana jika kau mengarungi samudra asmara selama bertahun-tahun bisakah kau menjamin tidak bersentuhan walau sedikitpun? bukankah jika kau berkhalwat (berdua-duaan) memungkinkan bagimu melakukannya? mustahil jika kalian pacaran hanya bersifat monoton. Bukankah angan-anganmu selalu menghantuimu untuk selalu dekat, dan kemungkinan besar itu akan terjadi?” Ala bisa karena biasa.
“Dan jaganlah kalian mendekati zina. Sesungguhnya zina adalah suatu perbuatan keji dan seburuk-buruk jalan.” (QS. Al-Isra : 32)
“Telah tertulis atas anak Adam nasibnya dari zina. Akan bertemu dengan hidupnya, tidak bisa tidak. Maka kedua mata, zinanya adalah memandang. Kedua telinga, zinanya berupa menyimak dengarkan. Lisan, zinanya berkata. Tangan, zinanya menyentuh. Kaki, zinanya berjalan. Dan zinanya hati adalah ingin dan angan-angan. Maka akan dibenarkan hal ini oleh kemaluan, atau didustakannya.” (HR. Muslim)
Berdasarkan hadits di atas, ini juga yang membuktikan bahwa “Pacaran Islami” tidak ada.
Rasa suka tersebut datang karena banyak hal entah itu parasnya, kecerdasannya, kekayaannya, agamanya, keturunannya.
“Wanita dinikahi karena empat hal : sebab hartanya, kedudukannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Maka pilihlah yang beragama agar barakah kedua tanganmu.” (HR. Muslim)
Dari mata turun ke hati, sebaiknya orang seperti ini harus mengingat sebuah kutipan dari Al-Qur’an. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :
“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, hendaklah mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya…” (QS. An-Nur : 30-31)
Ini sering terjadi diakibatkan melihat seseorang yang berwajah rupawan, jika engkau terus menatapnya maka memungkinkan bagimu untuk terus mengingatnya dan berusaha menginginkannya, jadi pandangan jangan di buat berkeliaran.
Dari Jabir bin Abdillah, beliau berkata : “Aku bertanya kepada Rasulullah tentang pandangan yang tiba-tiba. Beliau bersabda : Palingkan segera pandanganmu!” (HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud dan At-Tirmidzi)
Dalil lainnya dalam sebuah kisah :
Suatu ketika Al Fadl bin Abbas pernah membonceng Nabi Muhammad, beliau tengah melakukan haji Wada’ kemudian ada wanita Khats’amiyah yang meminta fatwa pada Nabi. Pada waktu itu Al Fadl menoleh pada seseorang wanita yang berwajah cantik. Kecantikan itu menarik hatinya, demikian pula wanita itu pun memandang pada Al Fadl. Maka Rasulullah pun memegang dagu Al Fadl dan memalingkan wajahnya ke arah lain. Al Abbas bertanya kepada Nabi, “Wahai Rasulullah, mengapa engkau palingkan leher anak pamanmu ?” Beliau menjawab, “Saya melihat ada pemuda dan pemudi yang aku tidak bisa tenang kalau-kalau ada gangguan setan terhadap keduanya.”
Suatu waktu ada sahabat Rasulullah yang hendak menemui beliau, sedangkan ketika itu Rasulullah bersama Aisyah. Maka mendengar sahabatnya yang buta tersebut datang, segera Rasulullah menyuruh Aisyah untuk masuk ke dalam. Dia Mendengar perintah Nabi, Aisyah berkata, “Bukankah dia tidak bisa melihat ?” Rasulullah bersabda, “Tapi bukankah kamu bisa melihat?”
Kadang aku dibuat tertawa oleh kaum muda mudi yang sedang di mabuk asmara, mereka harus mencari tempat yang jauh dari kerumunan orang untuk menyalurkan nafsu syahwatnya. Setelah selesai masa berlaku romantika itu, beralih lagi ke target selanjutnya dan begitu seterusnya. “Aku sudah bosan dengan dia, mau cari yang baru” yang lain mengatakan “Kami sudah tidak cocok lagi, makanya kami bubar saya akan mencari lelaki yang lebih mengerti aku” serta ribuan alasan classic lain. Setan laknatullah telah tertawa “ngakak” melihat kelakuan mereka, mereka tidak ubahnya seperti binatang yang siap sedia membuka celah untuk bercinta “di mana saja dan kapan saja” seperti slogan layanan komunikasi. Apa sesungguhnya yang mereka cari, gonta-ganti pasangan layaknya baju bekas yang dijual di pasar murah. Habis manis sepah dibuang, sungguh kasihan. Tersirat dalam pikirku “Sungguh hanya menghabiskan banyak waktu pada hal-hal yang tidak berguna” . Tidakkah mereka malu kepada Rabb yang penjagaanya selalu “Standby” setiap saat.
Terdapat pula opini masyarakat bahwa, hanya dengan pacaran merupakan sarana yang efektif ajang saling mengenal sebelum memasuki pintu pernikahan. Pacaran bukan satu-satunya jalan mengenali calon pendamping hidup, cukup saja sesi ta’aruf (perkenalan) atau minta keterangan lebih lanjut dari kerabatnya mengenai perilaku hidupnya sehari-hari. Jika sudah mantap maka nikahilah, insyaallah semua itu akan berbuah barakah.
Seorang uztadzah pernah membeberkan kisah pernikahannya, beliau berkata : “Sentuhan pertama yang kudapat dari suamiku sungguh luar biasa, karena ini untuk pertama kalinya aku di sentuh oleh seorang laki-laki, sehingga “casnya” lebih dahsyat.” Sontak seluruh kaum hawa dibuatnya tertawa. Bagaimana tidak, kejadian tersebut untuk pertama kalinya beliau disentuh, sehingga rasa cinta terhadap suaminya semakin menguat. Secara otomatis sangat jauh berbeda dari pasangan yang berpacaran karena sentuhan maupun rabaan telah ia dapatkan sehingga hari-hari yang dilalui bersama pasangannya setelah pernikahan tinggal “ampas” nya saja.
“Andaikata seorang lelaki kepalanya ditusuk dengan jarum besi, hal itu lebih baik daripada dia menyentuh perempuan yang tidak halal baginya.” (HR. Ath-Thabrani)
Akhwat dan ikhwan sekalian pasangan kita adalah cerminan dari karakter kita, logisnya kita menginginkan sesuatu yang lebih baik dari diri ini. Maka cobalah untuk menjadi pribadi yang bertakwa dan Allah akan mendatangkan pasangan yang menawan pula.
“…dan wanita yang baik adalah untuk lelaki yang baik dan laki-laki yang baik untuk wanita yang baik…” (QS. An-Nur : 26)
Namun perubahan anda jangan didasari oleh keinginan mendapatkan pasangan yang sholehah tetapi niat anda berubah karena Allah Azza Wa Jalla.
“Sesungguhnya setiap amalan itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan dari apa yang diniatkannya. Maka, barangsiapa yang hijrahnya kepada Allah dan RasulNya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan RasulNya. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena dunia yang akan dicapainya atau wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya sesuai dengan niat hijrahnya itu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ku tahu dalam hati-hati kalian menginginkan rasa itu dapat tersalurkan dan si dia yang engkau cintai dapat mengetahuinya. Namun ingatlah saudaraku cukuplah kau dan Allah yang mengetahuinya, cintai ia dengan diammu, Dia tahu semua yang kau inginkan tapi jagalah dirimu dari Naar yang menyala-nyala. Kalau kau merasa kesulitan melupakannya maka cobalah untuk menjauh darinya, carilah keburukan-keburukan pada dirinya (bukan maksud mencari aibnya, namun ini lebih kepada maslahat pribadi), sibukkan dirimu dengan rutinitas yang banyak seperti belajar, mengikuti kajian, serta kegiatan-kegitan positif lainnya, dan yang tidak kalah penting mintalah kemudahan kepada Allah Azza Wa Jalla.
Kalau ia adalah jodohmu maka Dia Yang Maha Kuasa mampu mempertemukanmu dengannya, jadi mengapa kamu mempermasalahkannya. Kalau pun tidak maka Allah yang lebih tahu mana yang terbaik, serahkan segala urusanmu kepadaNya. Cukuplah diri ini mengikuti bagaimana Rasulullah dalam bercinta dengan para istri-istrinya, beliau adalah suri tauladan yang baik. Jika engkau membaca kisah-kisah beliau bersama para istrinya sungguh akan membuatmu takjub, beliau tipikal seorang suami yang romantis contoh-contohnya banyak seperti menemani Aisyah mandi bersama, mengajaknya lomba lari, meminum air dari mulut mug yang sama, serta banyak kisah kemesraan lainnya.
Setelah menikah kaupun bebas mendatangi pasanganmu dari mana saja yang kamu suka, tanpa harus berfikir dampak negatifnya ke depan. Segala yang kau jalani bersama si doi akan berbuah pahala bukan dosa, dan kau pun tidak merasa was was lagi jika memamerkan kemesraanmu.
Bertawakkal dan berusaha untuk menjadi pribadi yang menawan jika waktu membahagiakan itu tiba, dan kemudian baru kau ucapkan ya Allah, aku jatuh cinta.
Maraji
Al-Quran
Bukunya Ibnu Qoyyim aduh lupa namanya :D
Cinta mubah, baru tahu. Thanks 'aisyah jazaaki Allah
ReplyDeletesama-sama K Afif
ReplyDelete“Wanita dinikahi karena empat hal : sebab hartanya, kedudukannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Maka pilihlah yang beragama agar barakah kedua tanganmu.” (HR. Muslim)
ReplyDeleteAlhamdulillah sudah di ingatkan kembali.. semoga yang lain juga ingat akan hal ini..
thanks.. :)
Jika ada wanita dengan kriteria ke 4 itu, malah lebih bagus tapi jarang sekarang ada, makanya yang di prioritaskan agamanya.
ReplyDeleteur are welcome.
insyAllah masih ada.. AMiin...
ReplyDeletewah pas bangat ni am suasana hti
ReplyDelete